
Terapi autis remaja - Banyak dari kita yang salah paham soal disleksia. Kita pikir, orang disleksia itu malas baca, kurang pintar, atau memang enggak mau belajar. Padahal, disleksia itu jauh lebih kompleks dari itu. Ini adalah kondisi neurologis yang bikin otak kita memproses bahasa dengan cara yang beda. Jadi, kalau kamu disleksia, otak kamu punya jalur sendiri saat baca, nulis, atau mengeja. Makanya, proses belajar yang berhubungan dengan bahasa bisa jadi tantangan berat.
Hal ini bisa terjadi dari kita kecil sampai dewasa. Gejalanya juga enggak selalu jelas. Kadang, anak kecil yang disleksia cuma dianggap telat ngomong atau kesulitan belajar biasa. Baru ketahuan setelah sekolah, pas mereka mulai kesulitan baca atau nulis. Anak anak ini bisa bingung bedain huruf yang mirip, kayak 'b' dan 'd' atau 'p' dan 'q'. Bahkan, nulis kata bisa terbalik balik, misalnya 'tip' jadi 'pit'.
Untuk orang dewasa, gejalanya bisa lebih samar. Mereka mungkin kesulitan mengeja, baca cepat, atau memahami isi teks. Banyak juga yang sulit ingat nama orang atau menyimpulkan isi bacaan. Yang paling terasa, mereka sering menghindari aktivitas yang berhubungan sama tulisan karena bikin stres atau malu.
Penyebab pastinya memang belum jelas. Tapi, disleksia sering dikaitkan dengan faktor genetik. Kalau ada keluarga yang punya riwayat disleksia, maka risiko anak punya kondisi serupa juga lebih besar. Selain itu, faktor lain seperti lahir prematur, berat badan rendah, atau paparan zat berbahaya saat hamil juga bisa jadi pemicu.
Sayangnya, disleksia enggak bisa sembuh total. Tapi jangan putus asa. Kalau terdeteksi sejak dini, disleksia bisa diatasi. Anak anak bisa tetap berkembang dengan baik. Salah satu cara yang sering dipakai itu metode fonik, yang fokus pada pengenalan bunyi dan suara kata.
Dukungan orang tua juga penting banget. Mulai dari bacain buku, nemenin anak baca, sampai kerja sama bareng guru di sekolah. Tujuannya biar anak enggak merasa sendirian dan lebih percaya diri.
Baca juga Gangguan Kecemasan - Jenis, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Selain terapi konvensional, sekarang ada juga pendekatan alami yang mulai dilirik. Salah satunya yang dilakukan oleh Rumah Terapi Medical Hacking. Medical hacking juga sudah hadir di berbagai daerah dengan banyak layanan terapinya seperti terapi autis tangerang, terapi ABK anak, terapi jantung dan lain lain.
Tempat ini punya pendekatan yang beda, mereka menggabungkan neurosains, postur tubuh, nutrisi, dan karakter kepribadian. Terapinya enggak cuma ngurusin gejala luar, tapi nyasar ke sistem kerja otak dan tubuh secara keseluruhan.

Mereka punya metode Alignment Postural buat benerin tulang belakang, khususnya C1–C3. Tujuannya biar aliran darah dan oksigen ke otak lebih lancar. Ini penting buat anak disleksia karena bagian otak yang mengatur literasi bisa kerja lebih optimal. Ada juga Neuro Release, yang tujuannya buat ngaktifin jalur saraf penting di otak, kayak Broca (bicara), Wernicke (pemahaman), dan Angular Gyrus (baca dan nulis).
Dari sisi makanan, ada pendekatan Nutrisi Personalisasi. Jadi, asupan nutrisi anak disesuaikan buat dukung fungsi otak, kayak kolin, omega 3, vitamin D3, dan magnesium. Makanan yang bisa bikin otak kabur kayak MSG, pewarna buatan, atau gula tinggi juga dikurangi.
Mereka juga pakai pendekatan STIFIn & Wu Xing buat ngertiin gaya belajar anak. Misalnya, anak tipe Si/Se lebih gampang belajar lewat visual atau praktik. Sedangkan tipe Fi/Fe lebih cocok belajar lewat relasi. Pendekatan Wu Xing juga dipakai buat nyamain elemen tubuh yang berkaitan sama proses berpikir.
Ada juga TCM Zang Fu dari pengobatan Tiongkok. Ini buat lihat keseimbangan organ organ penting kayak ginjal, jantung, dan limpa, yang berhubungan sama memori dan fokus.
Kalau kamu atau anak kamu punya tanda tanda disleksia, jangan buru buru minder. Disleksia memang butuh penanganan yang sabar, tapi bukan berarti enggak bisa diatasi. Selain terapi konvensional, kamu bisa coba Medical Hacking sebagai alternatif alami yang punya pendekatan menyeluruh. Dari postur sampai nutrisi otak, semuanya diperhatiin. Yuk awali dengan konsultasi!!
Lantas Apa Kata Mereka yang Pernah Ikut Terapi??














