Tempat terapi stroke jakarta dan pekanbaru - Hiperaktif sering kali dikaitkan dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), sebuah gangguan yang ditandai dengan kesulitan dalam memperhatikan, mengendalikan impuls, dan hiperaktif. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua anak yang hiperaktif pasti mengidap ADHD. Meski gejala yang muncul bisa mirip, hiperaktif dan ADHD adalah dua hal yang berbeda.
ADHD merupakan kondisi medis yang dapat didiagnosis oleh dokter, sedangkan hiperaktif bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain seperti stres, gangguan kesehatan emosional, atau bahkan kurang tidur. Jika Anda melihat anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif, bukan berarti ia otomatis memiliki ADHD. Karena itu, diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab hiperaktif tersebut.
Hiperaktif bisa bervariasi tergantung usia anak. Anak-anak prasekolah misalnya, mungkin menunjukkan gejala hiperaktif dengan cara yang berbeda dari anak-anak sekolah dasar. Berikut beberapa gejala umum yang sering muncul
Anak hiperaktif sering kali tidak bisa berhenti berbicara, seolah mereka memiliki energi tak terbatas. Mereka bisa terus berbicara bahkan ketika tidak ada orang yang mendengarkan atau ketika situasinya tidak sesuai.
Mengganggu teman bermain, saudara, atau orang dewasa saat sedang berbicara atau melakukan sesuatu sering menjadi gejala hiperaktif. Anak-anak ini mungkin tidak bermaksud jahat, tetapi mereka sulit mengendalikan dorongan untuk ikut campur.
Anak hiperaktif sulit diam. Mereka mungkin berlari atau berjalan ke sana kemari tanpa alasan yang jelas, sering kali dengan gerakan yang kurang terkoordinasi. Bahkan saat duduk, mereka tetap tampak gelisah dan cenderung terus bergerak.
Karena sering bergerak dengan terburu-buru, anak-anak hiperaktif cenderung menabrak benda-benda di sekitarnya. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya koordinasi atau perhatian yang terpecah-pecah.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, meskipun hiperaktif sering kali menjadi tanda awal ADHD, tidak semua anak yang hiperaktif otomatis mengidap ADHD. Beberapa faktor lain yang bisa memicu perilaku hiperaktif pada anak antara lain
Anak yang mengalami stres, baik dari lingkungan rumah, sekolah, atau hubungan sosial, mungkin menunjukkan perilaku hiperaktif sebagai cara untuk meluapkan perasaan mereka. Stres dapat membuat anak merasa gelisah, dan sering kali mereka mengekspresikannya dengan bergerak terus-menerus.
Gangguan kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya juga bisa menyebabkan hiperaktif. Anak-anak mungkin tidak tahu cara mengekspresikan perasaan mereka dengan kata-kata, sehingga perilaku hiperaktif bisa menjadi salah satu bentuk komunikasi emosional yang tidak teratur.
Ada beberapa kondisi medis yang dapat memicu perilaku hiperaktif, seperti gangguan tiroid atau masalah neurologis. Oleh karena itu, jika anak menunjukkan tanda-tanda hiperaktif yang berlebihan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kondisi medis tertentu.
Anak-anak memiliki energi yang berlimpah, dan jika tidak diberikan ruang untuk menyalurkannya, energi tersebut bisa keluar dalam bentuk perilaku hiperaktif. Anak yang kurang aktivitas fisik mungkin menjadi gelisah dan lebih cenderung untuk terus bergerak sebagai upaya mengeluarkan energi yang tertahan.
Kurangnya waktu tidur atau kualitas tidur yang buruk juga bisa mempengaruhi perilaku anak. Anak yang tidak cukup tidur sering kali menjadi lebih mudah gelisah dan sulit untuk berkonsentrasi. Ini bisa memicu perilaku hiperaktif, bahkan jika anak tersebut biasanya tidak memiliki masalah dalam hal energi.
Jika anak Anda menunjukkan tanda-tanda hiperaktif, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk membantu mereka mengelola energi mereka dengan lebih baik:
Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi hiperaktif adalah dengan memastikan anak mendapatkan cukup aktivitas fisik setiap harinya. Bermain di luar, bersepeda, atau mengikuti olahraga teratur dapat membantu menyalurkan energi mereka dengan cara yang positif.
Anak-anak hiperaktif seringkali membutuhkan rutinitas yang jelas. Membuat jadwal yang teratur, baik untuk waktu makan, tidur, maupun belajar, bisa membantu anak merasa lebih tenang dan terstruktur.
Baca juga Menghadapi Anak yang Tidak Bisa Diam
Paparan berlebihan terhadap gawai dan televisi dapat membuat anak lebih gelisah. Cobalah untuk membatasi waktu layar dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih aktif atau interaktif.
Jika perilaku hiperaktif anak sudah mengganggu kehidupan sehari-hari atau menghambat proses belajar mereka, berkonsultasi dengan psikolog anak atau dokter spesialis perkembangan anak bisa menjadi langkah yang bijak.
Memahami bahwa anak hiperaktif tidak selalu mengidap ADHD adalah kunci. Setiap anak memiliki cara mereka sendiri dalam mengekspresikan diri, dan yang terpenting adalah memberikan dukungan dan bimbingan yang tepat agar mereka bisa berkembang dengan optimal.