Tempat terapi sakit jantung jakarta dan pekanbaru - Sebagai orang tua, pasti pernah dong ngerasa khawatir kalau perkembangan anak kita kayaknya beda dari anak anak lain. Misalnya, anak teman udah lancar ngomong di usia 2 tahun, sementara anak kita di usia 3 tahun masih susah banget ngomong. Atau, anak tetangga anteng anteng aja kalau diajak belajar, tapi anak kita malah gampang banget ngamuk dan susah diatur.
Nah, kalau udah kayak gini, biasanya kita langsung panik dan mikir yang enggak enggak. Jangan jangan anakku ada masalah nih? Bisa jadi memang ada masalah dalam tumbuh kembang anak, tapi jangan langsung panik dulu. Penting banget buat kita sebagai orang tua untuk memahami perbedaan antara gangguan kognitif dan gangguan perilaku pada anak.
Kedua istilah ini sering banget bikin bingung karena sekilas mirip, padahal sebenarnya beda jauh
Gangguan kognitif itu berhubungan sama cara kerja otak anak dalam berpikir, mengingat, belajar, dan menyelesaikan masalah. Anak yang mengalami gangguan kognitif biasanya mengalami keterlambatan perkembangan otak. Jadi, bukan karena anaknya malas atau enggak mau belajar, tapi memang ada kondisi khusus di otaknya yang bikin proses belajarnya jadi lebih lambat. Ciri ciri anak dengan gangguan kognitif biasanya bisa dilihat dari beberapa hal, seperti
Sulit mengerti instruksi sederhana.
Lambat dalam belajar hal baru.
Kesulitan mengingat sesuatu.
Susah menyelesaikan masalah kecil.
Susah memahami pelajaran di sekolah.
Beberapa contoh gangguan kognitif yang sering ditemui antara lain
Disabilitas intelektual atau retardasi mental: Kondisi di mana kemampuan intelektual anak berada di bawah rata rata.
Gangguan belajar lain Misalnya, kesulitan dalam berhitung atau memahami konsep matematika.
Penting banget buat kita sebagai orang tua untuk paham bahwa anak dengan gangguan kognitif ini bukan berarti bodoh atau gagal. Mereka cuma butuh cara belajar yang berbeda, mungkin lebih santai, lebih pelan, atau dengan metode khusus. Dukungan dari orang tua dan guru itu penting banget buat bantu anak anak ini berkembang dengan maksimal.
Beda sama gangguan kognitif yang berhubungan sama cara berpikir, kalau gangguan perilaku lebih berkaitan sama cara anak menunjukkan emosi atau bertindak. Anak dengan gangguan perilaku biasanya punya cara berekspresi yang enggak biasa, bahkan cenderung ekstrem. Misalnya
Beberapa contoh gangguan perilaku antara lain
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder): Kondisi di mana anak sangat aktif, enggak bisa diam, susah fokus, dan gampang terdistraksi.
ODD (Oppositional Defiant Disorder): Anak sering menentang, membangkang, atau susah banget diatur.
Gangguan perilaku agresif: Misalnya, anak sering marah atau menyerang orang lain.
Anak dengan gangguan perilaku ini juga butuh perhatian khusus. Mereka bukan nakal, bukan juga enggak mau nurut. Tapi mereka memang kesulitan dalam mengontrol emosi dan perilaku mereka sendiri. Peran orang tua di sini adalah memberikan pemahaman, kesabaran ekstra, dan mungkin juga bantuan dari profesional seperti psikolog anak.
Baca juga Cara Stimulasi Bahasa untuk Anak dengan Speech Delay
Kadang, kita sebagai orang tua suka salah paham. Anak yang sebenarnya punya gangguan kognitif malah dimarahi karena dianggap malas belajar. Atau, anak yang punya gangguan perilaku malah dipaksa diam padahal sebenarnya mereka enggak bisa mengontrol dirinya sendiri.
Dengan tahu perbedaannya, kita bisa lebih paham langkah apa yang harus dilakukan. Misalnya, kalau anak mengalami gangguan kognitif, bisa konsultasi ke dokter tumbuh kembang atau psikolog anak untuk cari metode belajar yang paling cocok. Kalau anak punya gangguan perilaku, mungkin butuh terapi perilaku atau bimbingan psikolog untuk melatih kontrol emosinya.
Intinya, jangan buru buru menghakimi anak kalau mereka terlihat beda . Kita sebagai orang tua perlu lebih peka dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dengan pemahaman yang tepat, kita bisa bantu anak anak kita untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal.