Tempat terapi stroke jakarta dan pekanbaru - Halo, Bunda! Pernah nggak, rasanya seperti “berjalan di atas telur” saat mendampingi si kecil yang punya spektrum autisme? Kalau iya, santai aja, Bunda nggak sendirian. Anak dengan autisme memang punya cara unik dalam mengekspresikan emosi. Tapi, dengan pendekatan yang pas, Bunda bisa bantu mereka belajar mengelola emosinya, lho.
Sebelum masuk ke solusinya, kita perlu pahami dulu tantangan yang dihadapi si kecil. Anak autisme seringkali punya cara berpikir yang berbeda. Emosi yang kita anggap sederhana, buat mereka bisa terasa seperti badai besar. Beberapa hal yang sering jadi tantangan
Kesulitan mengenali emosi. Si kecil kadang nggak tahu perasaan apa yang sedang mereka alami. Apalagi kalau diminta menjelaskannya.
Sensitivitas terhadap lingkungan. Suara keras, cahaya terang, atau perubahan jadwal kecil bisa memicu reaksi emosional besar.
Keterbatasan komunikasi. Kalau nggak bisa menyampaikan apa yang dirasa, emosi sering keluar dalam bentuk tantrum.
Bunda, sebelum ngajarin si kecil mengatur emosi, mereka perlu tahu dulu apa itu emosi. Berikut ini beberapa trik sederhana
Bahasa sehari-hari. Pakai kalimat seperti, “Oh, kamu sedih ya, karena mainannya rusak?” Kalimat ini membantu mereka mengenali dan memberi nama emosi yang dirasakan.
Media visual. Gunakan kartu emosi bergambar wajah dengan ekspresi yang berbeda. Misalnya wajah tersenyum untuk senang, atau wajah berkerut untuk marah.
Cerita Bunda. Bagikan pengalaman pribadi Bunda. Contoh, “Kemarin Ibu juga marah, tapi Ibu coba tenang dulu, baru bicara.”
Main peran. Ajak anak bermain drama pendek. Misalnya, “Ayo kita jadi dinosaurus yang lagi sedih.” Lewat permainan ini, anak bisa memahami dan mengekspresikan perasaannya lebih santai.
Nah, setelah si kecil kenal emosi, saatnya ajarkan cara mengatasinya. Berikut beberapa strategi yang bisa Bunda coba
Ajak si kecil menarik napas dalam-dalam lewat hidung, lalu hembuskan perlahan lewat mulut. Ulangi beberapa kali sampai mereka merasa lebih tenang.
Yoga sederhana atau sekadar meregangkan badan bisa membantu melepaskan ketegangan.
Minta anak membayangkan tempat yang bikin mereka bahagia, seperti pantai atau taman bermain. Gunakan bahasa seperti, “Bayangkan kita sedang main di ayunan, anginnya sejuk, dan kamu merasa senang.”
Kalau mereka suka menggambar atau bermain puzzle, manfaatkan itu sebagai cara untuk mengalihkan emosi yang sulit.
Anak autisme sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Coba terapkan beberapa hal ini di rumah
Rutinitas yang jelas. Anak dengan spektrum autisme merasa lebih aman dengan jadwal yang konsisten. Misalnya, makan jam 12 siang, bermain jam 3 sore.
Ruang khusus. Siapkan sudut tenang di rumah, seperti pojok kamar dengan bantal empuk atau mainan kesayangan. Tempat ini bisa jadi zona aman saat mereka butuh menenangkan diri.
Peringatan sebelum perubahan. Kalau ada aktivitas yang berbeda dari biasanya, beri tahu jauh-jauh hari. Misalnya, “Besok kita akan ke dokter, ya. Nanti di sana ada ruang tunggu yang tenang.”
Kadang, strategi di rumah belum cukup. Di sinilah peran psikolog atau terapis anak sangat membantu. Mereka bisa memberikan panduan khusus yang sesuai kebutuhan si kecil. Jangan ragu untuk bertanya, ya, Bun.
Bunda Juga Butuh Me-Time, Lho!
Yang terakhir, jangan lupa untuk menjaga diri sendiri. Mengurus anak dengan autisme itu pekerjaan besar, tapi Bunda nggak perlu jadi superhero. Minta bantuan pasangan, keluarga, atau bahkan komunitas pendukung. Ada banyak kelompok yang siap berbagi cerita dan solusi.
Mengajarkan anak autisme mengatur emosi itu memang nggak instan, tapi juga nggak mustahil. Dengan kesabaran, cinta, dan dukungan, si kecil bisa belajar mengelola emosinya perlahan-lahan. Ingat, Bunda adalah sosok paling penting bagi mereka. Jadi, tetap semangat, ya!
Baca juga Langkah Sederhana untuk Menciptakan Lingkungan yang Inklusif untuk Autisme
Punya masalah dengan proses tumbuh kembang anak? Apakah anak mengalami Celebral Palsy, Gangguan Bicara dan Bahasa, Autism, Down Syndrome, Perawakan Pendek, Retardasi Mental, Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas atau GPPH, Hidrocephalus, Poliomyelitis atau polio, Lupus, Poliomyelitis atau Polio, Lupus, Skoliosis, Epilepsi, Lumpuh Layu. Anak Yang Terlambat Bicara, Anak Yang Terlambat Berjalan, Anak Yang Tidak Keluar Suara atau lainnya? Segera hubungi Medical Hacking melalui
Website: medicalhacking.co.id
Telp: +6282297289899